Metode Pengajaran Di TPQ

A.  LANGKAH-LANGKAH

Keberhasilan suatu program pendidikan di dalam “Proses Belajar Mengajar” sangatlah ditentukan oleh dua hal penting yang saling terkait, yaitu :

  1. Kualitas dan kemampuan guru pengajarnya, dan
  2. Metodologi pengajarannya.

Kualitas dan kemampuan guru yang baik tanpa didukung oleh metode mengajar yang baik dan tepat, atau sebaliknya metode mengajar yang baik tanpa ditunjang oleh kemampuan guru yang baik, jangan diharapkan hasil pendidikan menjadi baik dan berkualitas.

Demikian pula halnya di dalam program Pendidikan Al-Qur’an (TKQ, TPQ atau yang lainnya), kedua hal tersebut di atas juga sangat menentukan keberhasilan dan kualitas suatu Pendidikan Al-Qur’an. Apalagi pendidikan Al-Qur’an adalah suatu pendidikan yang khusus, yang tentunya berbeda dengan program pendidikan pada umumnya, karena materi utama yang diajarkan adalah “membaca Al-Qur’an”. Yang dimaksud dengan membaca Al-Qur’an adalah membaca Al-Qur’an secara baik dan benar sesuai dengan contohcontoh yang telah diajarkan secara mutawatir. Sebagaimana sayyidina Ali bin Abi Thalib berucap ; “Sesungguhnya Rasulullah saw menyuruhkan kamu membaca Al-Qur’an sebagaimana yang diajarkan kepadamu”.

Dengan demikian dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an harus berhati-hati yakni dengan cara yang benar, sebagaimana pesan para ulama salaf yang sering disampaikan, “Hati-hatilah di dalam mengajarkan (membaca) Al-Qur’an, jangan sembarangan dalam mengajarkannya, nanti berdosa (jika salah mengajarkannya)”. Jika dalam mengajarkan membca Al-Qur’an dan ketika membacanya dengan cara yang sebenarnya, maka akan menjadi ibadah dan menjadi syafa’at, tetapi sebaliknya Al-Qur’an akan menjadi laknat dan ia berdosa manakala dalam mengajarkannya dan membacanya tidak sesuai dengan cara sebenarnya.

Untuk itu, agar kita lebih berhati-hati dan lebih berhasil dalam mengajarkan “membaca Al-Qur’an”, maka perlu diusahakan secara sungguh-sungguh :

  1. Peningkatan kualitas dan kemampuan guru-guru pengajar di lembaga Pendidikan Al-Qur’an.
  2. Mengenal dan memahami serta memilih “Metode Pengajaran Membaca Al-Qur’an” yang paling baik dan tepat serta nyata keberhasilannya.

Untuk usaha peningkatan kualitas dan kemampuan guru-guru pengajar Al-Qur’an, dapat dilakukan upaya-upaya :

  1. Pembinaan bacaan Al-Qur’an secara benar, sesuai dengan kemampuan dasar para guru.
  2. Pembinaan dan pelatihan terhadap metode yang telah dipilih.
  3. Pembekalan ilmu-ilmu penunjang yang lain, seperti psikologi, ilmu mengajar, metodik-didaktik, menulis / khat, dan lain-lain.

Adabeberapa hal yang perlu dipahami bagi pengajar Al-Qur’an antara lain ; tujuan, sistem, target dan prinsip-prinsip dasar.

B.  TUJUAN

1.   Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dari segi bacaannya yang benar sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana :

a.   Firman Allah swt :

–       “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Adz-Dzikir (yaitu Al-Qur’an) dan sesungguhnya kami benar-benar akan memeliharanya” (QS. : Al-Hijr : 9).

–       “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan tartil” (QS.: Al-Muzzamil : 4).

b.   Ucapan sahabat :

–       Ali bin Abi Thalib kw pernah menerangkan :

“Sesungguhnya Rasulullah saw menyuruh kamu membaca Al-Qur’an sebagaimana yang telah diajarkan kepadamu”.

–     Ali bin tsabit ra, telah menyebutkan sabda nabi saw yang berbunyi :

“Sesungguhnya Allah Ta’ala menyukai seseorang membaca Al-Qur’an itu sebagaimana ia diturunkan”.

  1. Ketentuan menurut ijma’ para ulama, yakni “membaca Al-Qur’an itu fardhu ‘ain dengan bertajwid, baik di dalam shalat maupun di luar shalat”.

2.   Menyebarluaskan ilmu membaca Al-Qur’an.

3.   Mengingatkan kembali kepada para “guru ngaji” (pengajar Al-Qur’an) agar lebih berhati-hati dalam mengajarkan Al-Qur’an.

4.   Meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur’an.

C.  SISTEM

1.   Sejak awal anak diajak langsung membaca huruf Arab dengan bacaan yang lancar tanpa mengeja.

2.   Langsung mempraktekkan bacaan-bacaan yang bertajwid.

3.   Materi pelajaran diberikan secara bertahap, dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang umum kepada yang khusus, sesuai dengan kaidah.

4.   Belajar dengan sistem modul, tidak diperbolehkan belajar modul berikutnya kalau belum menguasai modul sebelumnya.

5.   Belajar sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa.

D.  TARGET

Target yang diharapkan adalah seseorang (anak) akan mampu membaca kitab suci Al-Qur’an dengan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid yang mutawatir dan sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw, bukan hanya sekedar bisa membaca Al-Qur’an.

E.   PRINSIP-PRINSIP DASAR

Agar berhasil dalam mengajar maka harap diperhatikan prinsip-prinsip dasar, yakni :

  1. Prinsip untuk Pengajar
    1. DAK – TUN (tidak boleh menuntun)

Dalam mengajar, guru tidak diperbolehkan menuntun membaca, guru hanya membimbing, yakni menerangkan setiap pokok pelajaran dan memberi contoh bacaan secara benar sekedar satu atau dua baris saja, serta menegur siswa yang bacaannya salah atau keliru.

B. TI – WAS – GAS (Teliti, Waspada, Tegas)

Teliti             :   Guru harus memberi contoh bacaan yang benar secara teliti jangan sampai keliru.

Waspada      :   Guru harus selalu waspada dalam menyimak atau mendengarkan bacaan siswanya.

Tegas           :   Dalam menentukan kenaikan pelajaran atau jilid, guru harus tegas tidak boleh segan, ragu dan berat hati.

2.  Prinsip untuk siswa / santri

a.   Aktif dan Mandiri

Dalam mengajar membaca Al-Qur’an, siswa harus aktif membaca sendiri tanpa dituntun oleh gurunya.

b.   LCTB (Lancar, Cepat, Tepat, Benar)

Dalam membaca, para siswa harus membacanya dengan lancar, yakni secara cepat namun tepat dan benar bacaan-bacaannya. Jika ternyata belum / tidak lancar dalam membaca, maka jangan dinaikkan ke pelajaran atau jilid berikutnya.

F.   STRATEGI MENGAJAR

Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, maka dapat dipilh beberapa strategi dalam mengajar.Adatiga strategi mengajar yang dapat kita pilih, yakni :

  1. Sorogan / Privat / Individual

Yaitu suatu strategi yang diterapkan dalam belajar mengajar, yakni dengan cara satu persatu secara bergiliran siswa belajar kepada gurunya sesuai dengan pelajarannya masing-masing, strategi ini diterapkan jika :

–     Jumlah guru dengan jumlah siswanya tidak seimbang.

–     Jumlah ruangan kelas yang tidak mencukupi.

–     Dalam satu kelas para siswa terdiri dari bermacam-macam jilid (bercampuran).

2.  Klasikal dengan Individual

Yaitu strategi mengajar dengan cara sebagian waktu digunakan mengajar secara klasikal dan waktu selebihnya mengajar individu, yakni :

–     20 – 25 % waktu digunakan untuk mengajar secara klasikal, misalnya hari pertama klasikal untuk Pokok Pelajaran pertama (dengan halaman latihan), hari kedua untuk Pokok Pelajaran kedua, dan seterusnya.

–     70 – 75 % waktu digunakan untuk mengajar individu sesuai dengan pelajarannya masing-masing.

Strategi ini diterapkan jika :

–     Jumlah guru sebanding dengan jumlah siswa.

–     Jumlah ruangan kelas mencukupi.

–     Dalam satu kelas hanya terdiri dari satu macam jilid saja. Tidak boleh dicampur berbagai macam jilid.

3.   Klasikal Baca – Simak

Yaitu mengajarkan secara klasikal yang kemudian dilanjutkan mengajar individu, tetapi disimak oleh guru bersama-sama dengan siswa lainnya. Pelajaran dimulai dari pokok pelajaran yang paling rendah terus bertahap secara berurutan sampai pada siswa pelajaran yang tertinggi. Dengan demikian satu siswa membaca, yang lainnya menyimak, sehingga jika ada yang salah dalam membaca, siswa bersama-sama guru menegurnya. Strategi mengajar ini sesuai dengan firman Allah swt, di dalam Al-Qur’ansuratAl A’raf ayat 204, yaitu artinya “Apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapatkan rahmat”. Dan sesuai pula dengan perintah Rasulullah saw, di dalam hadits riwayat Al Hakim, sebagai berikut ;”Tunjuklah (kesaksian bacaan) saudaramu itu”.

Strategi ini hanya bisa diterapkan pada jilid ke 3 keatas.

Contoh penerapan strategi mengajar klasikal baca simak pada kelas jilid 3 :

–     Jumlah siswa = 20 anak (A-J), dengan perincian halaman pelajaran sebagai berikut :

Halaman 1        =      A, B

Halaman 2        =      C

Halaman 4        =      D, E

Halaman 6        =      F, G

Halaman 8        =      H

Halaman 10      =      I, J

Jadi pelajaran terendah halaman 1.

1.   Semua siswa membuka halaman 1 (termasuk siswa halaman tertinggi).

a.   Kita terangkan pokok pelajaran dan contoh sekedar 2 – 3 baris. Selanjutnya semua siswa membaca bersama-sama  (klasikal), minimal 3 baris.

b.   Kemudian siswa yang pelajarannya halaman 1 ini (yaitu A dan B) disuruh membaca bergantian, sedangkan siswa yang lainnya menyimak bacaan A dan B. Jika ada yang salah membaca, maka kewjiban bersama (guru dan siswa) untuk menegur, misalnya : “salah!”. Secara otomatis siswa yang salah baca tadi akan mengulangi bacaannya. Seandainya A tidak lancar, maka si A akan mengulangi lagi halaman 1 esok harinya. Namun jika B lancar, maka si B diberi kesempatan membaca atau mempelajari halaman 2.

2.   Semua siswa membuka halaman 2 (termasuk A dan B)

a.   Kita terangkan pokok pelajaran dan materi contoh-contohnya sekedar 2 – 3 baris. Kemudian secara klasikal siswa membaca bersama-sama, contoh-contoh yang lainnya, minimal 3 baris.

b.   Kemudian giliran siswa halaman 2 membaca (yaitu C dan B), sambil disimak oleh siswa yang lain. Jika lancar, maka dicoba membaca halaman 3, secara acak. Misalnya si C disuruh membaca baris 1, 3, 5 dan 7, si B membaca baris 2, 4 dan 6. Jika tidak lancar, maka halaman 3 ini harus diulang esok harinya. Dan jika lancar diberi kesempatan membaca atau mempelajari halaman berikutnya (misalnya C).

3.   Semua siswa membuka halaman 4

a.   Kita terangkan dan kita contohkan pelajaran halaman 4.  Secara klasikal membaca bersama-sama, minimal 3 baris.

b.   Giliran D dan E membaca bergantian, disimak oleh siswa lainnya. Demikian seterusnya sampai dengan pelajaran halaman tertinggi.

Catatan :

1.  Buku Al Ma’arif ini terdiri dari dari dua halaman, yaitu halaman pokok pelajaran (ditandai garis bawah) dan halaman latihan. Halaman pokok pelajaran wajib dibaca secara urut tiap baris, sedangkan halaman latihan boleh dibaca secara acak.

2.  Siswa yang tidak dan atau kurang lancar, harus mengulang pelajaran. Siswa yang cukup lancar tidak mengulang pelajaran, namun belajar atau membacanya hanya satu halaman. Siswa yang lancar membaca diberi kesempatan membaca lebih dari satu halaman tergantung kemampuannya (menurut pengalaman maksimal 3 halaman).

Kriterianya adalah :

–     Lancar membaca          :   tanpa ada kesalahan membaca.

–     Cukup lancar                :   satu dua kata salah, namun langsung dapat membaca.

–     Kurang / tidak lancar    :   berkali-kali salah, walaupun diulang kembali.

3.  Membaca bersama-sama secara klasikal dilakukan jika :

–     Halaman pokok pelajaran.

–     Siswa berkali-kali salah tanpa mengetahui / mengerti kesalahannya, walaupun telah dibantu oleh salah satu siswa yang lain.

4.  Jika siswa salah membaca, guru dilarang memberi tahu kesalahannya. Dalam hal ini bisa dibantu dengan menunjuk siswa halaman atasnya yang membetulkan, jika ternyata juga lupa atau salah baru dibetulkan bersama-sama.

5.  Pelajaran kotak bawah juga wajib dibaca

Dibandingkan dengan sorogan dan klasikal individual, strategi klasikal Baca-Simak mempunyai banyak keuntungan dan kelebihan, antara lain :

–     Sorogan dan Klasikal-Individual masing-masing siswa setiap hati belajar membaca + 5 menit saja, sisa waktu yang lain hanya untuk bergurau, dan lain-lain.

–     Klasikal Baca-Simak, semua siswa belajar membaca setiap hari secara penuh (waktu + 60 menit), karena menyimak juga dalam rangka belajar membaca dengan cara mendengarkan bacaan siswa yang lainnya.

Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka jumlah siswa dalam satu kelas agar dipertimbangkan. Adapun jumlah siswa ideal dalam satu kelas ialah :

–     Kelas usia Pra TK          :   jumlah siswa per kelas 10 siswa.

–     Kelas jilid I                     :   jumlah siswa per kelas 15 siswa.

–     Kelas jilid 2 – 5              :   jumlah siswa per kelas 20 siswa.

–     Kelas Al-Qur’an             :   jumlah siswa per kelas 20 siswa.

(Sumber : “Materi PGPQ Marhalatul Ula”, FUSPAQ Kabupaten Kendal)
This entry was posted in Dari Fuspaq Untuk Calon Para Ustadz and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

8 Responses to Metode Pengajaran Di TPQ

  1. eko mulyono says:

    untuk tajwid kapan sebaiknya diajarkan menurut jilid?

    • hattani says:

      Untuk tajwid, siswa diberi pelajaran secara maksimal pada Kelas Al-Qur’an, yaitu setelah siswa menyelesaikan atau lulus dari jilid VI. Tetapi mulai jilid II siswa biasanya sudah dikenalkan dengan ilmu tajwid dengan bahasa yang sangat mudah untuk dipahami oleh anak-anak tersebut. Biasanya pengenalan tajwid tersebut ditulis di bagian bawah halaman ketika ada satu bacaan yang seperlunya penting untuk diberi pengarahan atau pengertian. Umpamanya saja seperti kata-kata seperti di bawah ini :
      “NUN sukun bertemu BA, suara NUN diganti dengan MIM”
      Demikian yang dapat lami sampaikan, maaf baru bisa membalas, dan terima kasih atas kunjungannya ke website kami yang sederhanan ini.

  2. m.slamet says:

    sy punya tpq tpi kmi kerkendala pendanaan.

  3. heni says:

    untk pelajaran menulis arab sebaiknya diberikan pd jilid brp?

    • hattani says:

      di TPQMNU, pelajaran menulis sekarang ini dimulai sejak jilid V. Ide itupun tadinya untuk mengurangi gurauan para murid yang sedang menunggu dan setelah menerima pelajaran individual. Mungkin bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tadinya pelajaran menulis hanya untuk kelas Al-Qur’an.

  4. hendri says:

    Bagus juga artikelnya.

Leave a comment